Searching

Rabu, 25 Juni 2008

Jurnal Perempuan

JURNAL PEREMPUAN (JP) adalah bacaan favoritku.
Pertama kali ‘berkenalan’ dengan JP sekitar tahun 2003 (better late than never, as always!!!), tahun yang sering kuanggap menjadi batas perubahan dari seorang Nana yang konvensional menjadi Nana yang feminis dan sekular. Buku pertama sebagai penanda bahwa aku telah mendapatkan ‘enlightenment’ adalah buku STUDI AL-QURAN KONTEMPORER terbitan IAIN Sunan Kalijaga, yang berisi artikel-artikel ilmiah tulisan-tulisan dosen IAIN SuKa, terutama yang berjudul “Metodologi Tafsir Perspektif Gender (Studi Kritis Pemikiran Riffat Hassan)”, tulisan Abdul Mustaqim.
Namun yang kemudian menjadi acuanku untuk menempa diri menjadi seorang feminis adalah JURNAL PEREMPUAN. Slogan yang tertulis di bawah judul “untuk pencerahan dan kesetaraan” benar-benar mewakili artikel-artikel yang ada. Tak pernah satu kali pun aku menemukan “fallacy” dalam JP, satu hal yang masih sering kutemukan dalam kolom-kolom “perempuan” dalam surat kabar-surat kabar yang pernah kubaca. Misal: dalam kolom “perempuan” sebuah surat kabar lokal, masih sering kutemukan artikel yang tetap saja membelenggu perempuan menjadi makhluk super bentukan rezim Orde Baru. Contoh tertulis: “Di era emansipasi ini sudah selayaknya lah perempuan mendapatkan hak-hak yang memang mereka miliki, misal berkarir di luar rumah. Namun satu hal yang tak boleh dilupakan adalah bahwa mereka adalah makhluk yang bertanggung jawab atas segala apa yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga.” Tidak pernah ada ‘fallacy’ semacam itu dalam artikel-artikel JP. Benar-benar untuk pencerahan dan kesetaraan. Tentu hal ini tak lepas dari visi dan misi yang diemban oleh mereka yang membidani kelahiran jurnal ini maupun mereka yang berada di balik meja redaksi JP, sehingga mereka hanya meloloskan tulisan-tulisan yang tidak bersifat ambigu.
Motto lain yang tercetak di halaman belakang luar adalah “Jurnal Perempuan adalah satu-satunya jurnal yang menggali secara serius persoalan perempuan serta isu-isu gender di Indonesia dan dunia. Provokatif, analitis, politis, serta membangkitkan kesadaran”. Menyadari bahwa pengekalan stereotyping-stereotyping—misal stereotyping bahwa perempuan adalah makhluk domestik yang lemah—sering dilakukan oleh media, JP pun melakukan ‘pelurusan’ bahwa stereotyping tersebut tidak memiliki akar yang kuat melalui media, dengan tanpa lelah menuliskan hal-hal yang membangkitkan rasa kesetaraan dalam diri pembaca perempuan khususnya, dan pembaca laki-laki pada umumnya.
Beberapa blurb yang ditulis di halaman belakang luar, misalnya:

“Jurnal Perempuan adalah contoh jurnalisme yang teguh menjaga independensinya. Penerbitan seperti ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang berada dalam proses transisi menuju demokrasi” (http://www.saksi.com) (dalam Jurnal Perempuan nomor 19)


“Melihat pada gelagat magma yang ada pada terbitan-terbitan YJP, tak salah kalau kami katakan bahwa yayasan Jurnal Perempuan lewat karya penerbitanya menjadi ujung tombak buku-buku bertemakan isu perempuan di Indonesia kini dan (kelak) nanti.” Oleh T. Jacob Koekerits (misal tercetak pada Jurnal Perempuan nomor 39)


“Jurnal Perempuan is a prestigious feminist publication in Indonesia.” Oleh A. Junaidi dari The Jakarta Post (misal tertulis pada Jurnal Perempuan nomor 58).


Jurnal Perempuan adalah media yang tepat untuk mencari tahu bagaimana perempuan memandang dirinya sendiri.
PT56 16.26 220608

Tidak ada komentar:

Posting Komentar